Hello Cosmic Friends!
Kembali lagi bersama tarot reader kalian yang keren, gaul, dan funky ini: Mayanov! Pada kesempatan kali ini seperti judul di atas, gue mau berkisah tentang kapan jodoh itu datang.
Sebagai seorang tarot reader tersohor (amin), salah satu permasalahan yang sering client gue hadapi adalah percintaan. Udah pasti ya. Tapi kali ini gue mau bahas yang sedikit lebih spesifik. Yang gue pelajari dari menjadi seorang kang tarot, kalo bicara soal percintaan terutama, orang acap kali bertanya mengenai kapankah jodoh mereka datang? Kapan pangeran berkuda putih ini datang dan menyelamatkan gue dari kejamnya dunia perjombloan? Seperti apa ciri-ciri jodoh gue ini?
Honestly, that’s a tough question to answer. Bukan karena gue ga bisa menjawab pertanyaan tersebut, melainkan gue memikirkan dampak kalo gue jawab pertanyaan tersebut dengan terlalu straight-forward.
“Ya jodoh lo bakal dateng sebulan lagi, ciri-cirinya dia tinggi, kulitnya sawo matang, dan naik Maserati”
Oh no.
Kalo gue jawab kaya gitu kira-kira dampaknya apa? Well, jujur aja gue khawatir kalo gue jawab dengan cara seperti itu, which kebanyakan orang mengharapkan jawaban demikian, akhirnya si penanya ini terjebak dengan jawaban gue. Pada kasus yang ekstrim mungkin, si penanya akan kalem aja berpangku tangan tanpa berusaha memantaskan dirinya untuk bertemu jodohnya ini.
Emang sih jodoh ga kemana, tapi kalo kitanya diem di tempat ya gabakal ketemu dong~
Well, kata “diem di tempat” ini mungkin jadi memberi kesan bahwa kita harus selalu actively seeking the one nya kita. Tiap hari gapernah absen main Tinder, swipe-swipe~
That’s one way, gue tidak menjudge. I’m not here to judge anyone, gue pun main dating app lol.
Karena memang putting yourself out there itu perlu. Bentuknya bisa macem-macem, baik itu seperti kebanyakan kaum urban masa kini main dating app swipe swipe, atau rutin kumpul-kumpul kenalan sama temennya temen-temen, atau dengan ikut berbagai aktivitas dan komunitas. Intinya memang penting untuk kita berada di luar sana dimana kita terlihat dan bisa ditemukan orang-orang. Lagian, how do you expect bakal ketemu The One kalo yang kita lakuin sehari-hari gegoleran doang di rumah cuma ketemunya emak bapak, lihat batang hidung tetangga aja jarang.
Tapi selain bentuk usaha yang barusan gue contohkan. Kata aktif disini juga berarti kita mesti aktif memantaskan diri kita agar segera bisa bersama dengan jodoh kita. Hal ini yang sering kita lupa.
Ibaratnya kita punya mobil idaman. Say, Maserati, karena itu mobil idaman gue. Kita research nih tipe apa yang kita mau, spesifikasinya apa, harganya berapa. Itu langkah pertama, knowing what we want. Kalo kita aja gatau apa yang kita mau kecenderungannya we ended up settle for less.
Kedua ya tentu saja we put ourselves out there, ya jalan keluar ke showroomnya. Munculkan dirimu dimana Maserati-Maserati ini berada. Tanya-tanya lebih lanjut. Pastiin lagi yang tersedia di luar sana sesuai gasih sama yang kita inginkan atau butuhkan?
Next, apa yang menentukan apakah kita akan pulang bersama Maserati ini atau engga? Kesanggupan kita memenuhi harga si Maserati ini kan?
Beberapa orang terlahir fortunate, apa yang mereka miliki dari sononya, dengan apa yang mereka inginkan atau ekspektasi mereka itu sesuai. Ya bisa langsung bawa pulang. But most of us? Apa yang mesti kita lakukan kalo ternyata sekarang kita belum bisa menyanggupi harga yang harus dibayarkan untuk bawa pulang si Maserati ini? Ya kerja dong, nabung, coba lottery mungkin, intinya ya berusaha agar one day kita bisa cukup pantas untuk bawa pulang ni mobil. Same goes with people.
After a while mungkin kita akhirnya akan pulang dengan si Maserati ini. Mungkin juga engga. Mungkin somewhere along the way kita sadar ternyata yang kita mau atau yang kita butuh sebenarnya hanya Pajero, or even Wuling gitu. Atau bahkan ujung-ujungnya gajadi beli mobil, toh udah ada MRT sama Gocar ngapain punya mobil sendiri. It’s all right, gaada yang salah atau benar dari pilihan-pilihan tadi.
It is a journey. Bertemu jodoh itu memang sebuah proses dan perjalanan yang gabisa kita skip. Seandainya aja kita bisa fast forward langsung ketemu The One, tapi sayangnya kehidupan gapunya tombol fast forward. sayangnya ini bukan film Click. Bahkan di film Click pun akhirnya Adam Sandler nyesel karena ga menghargai proses dan missed out a lot.
Jadi ya meskipun ini adalah sebuah samudera ketidakpastian, ini satu-satunya jalan yang bisa kita lalui. Might as well kita nikmati aja perjalanannya.
“Tarot reading is an attempt to understand ourselves better and discover how we might live better in the future”
Tunggu apa lagi? Yuk Narot!
Instagram: @mayanov_
Pricelist & Services
0 Comments