Pernah Merasa Frustasi dalam Suatu Hubungan? Aku juga
Di rumah, kamar mandi aku itu gak pernah kotor. I’ve always tried my best to keep it clean, supaya bersihinnya juga gak capek kalau sudah terlanjur kotor. Waktu itu aku sama pacarku pergi staycation seminggu di Bali. The first two days it was all fun and games, baru ditengah-tengah trip aku menyadari bahwa kamar mandi hotel kita selalu basah, ada odol berceceran di wastafel, baju kotor yang diletakkan begitu saja di dekat koper. I pointed that out to my boyfriend and he simply said “Iya, nanti aja beresinnya kalo udah mau pulang” atau “ya namanya juga kamar mandi, pasti basahlah.”
It frustrates me how he couldn’t just clean it right then and there, toh gak banyak yang harus diberesin. Itu aja baru staycation seminggu, I remember thinking, gimana nih kalo we end up together terus kita harus tinggal bareng? Mau seberapa sering kita berantemin hal-hal kecil gak penting seperti lantai kamar mandi yang selalu becek atau piring kotor yang numpuk di kitchen? It’s important to know that the root of the problem is so much more than JUST that.
Relationships has expectations — some spoken, some unspoken. Beberapa ekspektasi kamu yang mungkin masuk akal buat kamu dan pasanganmu, tapi ada juga beberapa ekspektasi kamu yang menurut pasanganmu tidak ideal, dan vice versa. These expectations determine how the relationship is going to be for both of you. Ketika ekspektasi itu tidak terpenuhi, itulah yang membuat kamu frustasi.
Apakah kamu frustasi dalam hubunganmu saat ini? Try to go beyond the frustration itself, and ask yourself “Apa yang aku harapkan dari orang ini yang tidak sejalan dengan pengalamanku?” Kemudian perhatikan baik-baik ekspektasi kamu dan perhatikan hal berikut:
- Dari mana asal ekspektasi kamu? Apakah itu sesuatu hal yang merupakan hal biasa dari keluarga kamu, terbentuk dari luka masa lalu, atau mungkin dari menonton TV atau membaca buku tentang hubungan?
- Apakah ekspektasi kamu realistis? You want a love story that’s as grand as the ones you saw in rom-com movies, itu mungkin tidak masuk akal. Misalnya kamu mau pulang kantor dijemput naik helicopter kaya Christian Grey jemput Anastasia Steele, ya gak mungkin-lah. Mungkin sebatas kalau dia lagi bisa, ya gaada salahnya kamu punya ekspektasi dia jemput kamu pulang kantor.
- Apakah ekspektasi kamu masuk akal? Okay, ekspektasi kamu realistis, tapi pada saatnya, apakah ekspektasi itu masuk akal? You’ve had a bad day, terus pasangan kamu kurang peka and act like there’s nothing wrong. Apakah itu berarti dia gak peduli? Daripada marah-marah sama dia karena dia gak peka, it would be better if you reach out first dan cerita, baru terus komunikasikan sama pasanganmu apa yang kamu harapkan dari dia, now that he knows what’s going on.
- Sudahkah kamu mengomunikasikan ekspektasimu dengan jelas? Terkadang kita berharap orang membaca pikiran kita. Jika kamu frustasi tentang harapan yang tidak terpenuhi tapi belum kamu komunikasikan, maka frustasi kamu adalah kesalahan kamu sendiri. Kalau kamu punya ekspektasi untuk pulang kerumah yang sudah bersih, tidak susah untuk bilang “hey, kalau kamu sampai rumah duluan, tolong bantu bersih-bersih duluan ya, i’ll help later when i’m home”
Rasa frustasi kamu menunjukkan bahwa kamu benar-benar peduli dengan hubunganmu, terlepas dari apa yang kamu rasakan. Try to reflect on yourself and hopefully itu akan membantu mengurangi rasa frustasi kamu, dan pada akhirnya mengembangkan hubungan yang lebih kuat dan lebih sehat dengan orang-orang yang paling kamu sayangi.
“Tarot reading is an attempt to understand ourselves better and discover how we might live better in the future”
Tunggu apa lagi? Yuk Narot!
Instagram: @mayanov_
Pricelist & Services
0 Comments